Penyakit Difteri (Penyebab, Pencegahan, Pengobatan, Gejala)
Jumat, 02 Februari 2018
Tulis Komentar
Penyakit difteri tengah mewabah serta menjadi sorotan masyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia telah melaporkan masalah penyakit ini.
Bahkan pemerintah (Kemenkes) telah menetapkan hal ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Untuk menanggulangi wabah penyakit difteri di Indonesia, pemerintah mengadakan pemberian ORI (Outbreak Response Immunization) atau disebut juga sebagai imunisasi penanganan kejadian luar biasa pada daerah yang terkena kasus difteri. Karena tak sedikit kasus difteri yang berujung pada kematian.
Apa itu difteri?
Difteri adalah infeksi bakteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae, umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit.
Infeksinya bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Bakteri penyebab penyakit ini menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain. Penyakit ini harus diwaspadai karena dapat berpotensi mengancam jiwa.
Masa inkubasi penyakit difteri terjadi antara 2-5 hari.
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan pada saat masuknya patogen (penyebab penyakit) ke dalam tubuh, sampai mulai menimbulkan gejala pertama kali. Jadi, Anda tidak akan merasakan gejala apapun hingga 2-5 hari ke dapan.
Difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dimana angka vaksinasi masih rendah. Difteri dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor resiko. Kondisi ini dapat terjadi kepada pasien dengan usia berapa pun.
Gejala Difteri
Pada umumnya gejala pada penyakit ini yang pertama kali muncul yaitu sakit pada tenggorokan saat menelan makanan dan muncul selaput berwarna abu-abu pada tenggorokan serta amandel.
Untuk lebih rinci berikut ini adalah gejala-gejala penyakit difteri:
- Sakit tenggorokan dan suara serak
- Terdapat lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel
- Demam dan mengigil
- Pembengkakan kelenjar limfa pada leher
- Kesulitan bernapas atau bernapas cepat
- Menjadi lemas dan lelah, disertai kurangnya nafsu makan
- Munculnya ruam pada kulit
- Pilek, pada awalnya cair namun lama kelamaan menjadi kental dan terkadang disertai dengan darah
- Jantung berdebar tidak teratur
- Batuk yang keras
- Perubahan pada penglihatan
- Bicara yang melantur
Jika anak Anda memiliki gejala yang serupa, segera periksakan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang maksimal. Dan penyakit ini harus diobati secepat mungkin untuk mencegah bahayanya komplikasi. Karena bakteri difteri memiliki kemampuan untuk memproduksi racun yang dapat terbawa ke aliran darah dan tersebar ke berbagai organ di dalam tubuh.
Penyebab Difteri
Yang seperti kita ketahui bahwa penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penularan yang perlu diwaspadai pada penyakit difteri:
- Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, misalnya mainan anak-anak atau handuk.
- Memegang tisu bekas orang yang terkena infeksi oleh bakteri ini,
- Menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi oleh bakteri ini
- Menyentuh luka yang terkena infeksi bakteri (ulkus)
- Tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap
- Kualitas vaksinasi tidak bagus atau memadai
- Faktor lingkungan tidak sehat dan padat penduduk merupakan penularan infeksi bakteri
- Kontak langsung dengan penderita difteri merupakan salah satu yang berbahaya
Penularan bakteri bisa terjadi dari percikan ludah dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. Bakteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya akan menjadi sel-sel mati. Sel-sel mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) yang berwarna abu-abu pada tenggorokan. Sementara itu, racun yang dihasilkan juga akan menyebar ke dalam organ lain seperti, merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.
Difteri ini terkadang tidak menunjukan gejala apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila tidak mendapatkan penanganan dengan tepat, mereka dapat menularkan infeksi ini kepada orang lain yang belum di imunisasi.
Jika penyakit difteri tidak dapat diatasi dengan secepat mungkin, maka akan menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1. Masalah pernapasan,
sel-sel yang mati akibat racun yang di produksi bakteri difteri akan membentuk jaringan berwarna abu-abu, jaringan ini dapat menghambat pernapasan.
2. Kerusakan jantung,
racun difteri berpotensi masuk ke dalam jantung dan menyebabkan masalah.
3. Kerusakan saraf,
racun difteri dapat menyebabkan penderita sulit menelan, memiliki masalah pada saluran kencing, pembengkakan saraf pada tangan dan kaki, serta kelumpuhan pada diafragma.
4. Difteri hipertoksik,
dapat memicu mendarahan yang parah dan gagal ginjal.
Pencegahan Difteri
Cara mencegah penyakit difteri yaitu dengan cara pemberian imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) merupakan program wajib dari pemerintah Indonesia.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit difteri ini adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi DPT secara lengkap.
Imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali yaitu sejak anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun dan 5 tahun.
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, imunisai kejaran yang diberikan tidak akan mengulang dari awal.
Kapan Anda Harus Periksa ke Dokter?
Anda segera periksa ke dokter atau anak anda yang terkena kontak indeksi bakteri ini. Jika Anda tidak tahu apakah Anda atau anak Anda telah diberi vaksi difteri atau belum, segera atur jadwal pertemuan dengan dokter.
Belum ada Komentar untuk "Penyakit Difteri (Penyebab, Pencegahan, Pengobatan, Gejala)"
Posting Komentar